September Effect: Mengapa Diprediksi sebagai Bulan yang Buruk dalam Kripto?

September Effect: Mengapa Diprediksi sebagai Bulan yang Buruk dalam Kripto?

Bitcoin telah menutup transaksi lima bulan sebelum September ini dalam penurunan nilai yang cukup signifikan, dan bisa saja fase ini akan lebih panjang dari perkiraan jika sejarah berulang. Yes, pasar bearish ini bisa jadi akan bertahan sejak Bitcoin mengalami penurunan hingga mencapai titik USD 17.500, seiring prediksi datangnya September effect.

Ada apa sebenarnya dengan bulan September? Mengapa banyak yang mengatakan, bahwa September adalah bulan yang buruk bagi bursa investasi, termasuk di dalamnya adalah bursa kripto?

Investasi Crypto Saat Bear Market: Apa yang Harus Dilakukan?

Daftar Isi

Apa Itu September Effect?

September effect pada awalnya merujuk pada pergerakan bursa saham yang terjadi di Amerika Serikat, yang selama ini selalu menunjukkan kelesuan di bulan September. Kondisi ini bahkan sudah berlangsung sejak tahun 1896, saat Dow Jones Industrial Average (DJIA) diluncurkan, dan selalu menjadi indeks saham dengan kinerja paling buruk.

Di Amerika, bulan September memang identik dengan aksi take profit oleh investor sekembalinya mereka dari liburan musim panas. Hal ini dilakukan untuk mengunci keuntungan dan kerugian pajak sebelum datangnya akhir tahun.

Ternyata, September effect tak hanya terasa di Amerika Serikat. Pengaruhnya juga sampai ke Indonesia. Dari data historis, kita bisa melihat, bahwa di bulan September rata-rata terjadi penurunan tren pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terutama di tahun 2018, 2019, dan 2020. Hal ini terjadi lantaran agenda-agenda penting emiten umumnya sudah dilakukan, seperti pembagian dividen ataupun publikasi laporan keuangan Q2.

Pasar Crypto dan Fakta-Fakta Bullish dan Bearish yang Perlu Diketahui

September Effect di Dunia Kripto

Sumber: cointelegraph

Kalau melihat data historis di atas, kita bisa melihat bahwa September memang selalu menjadi bulan yang buruk bagi Bitcoin, terutama di tahun 2013 – 2021, kecuali 2015 dan 2016. Penurunannya rata-rata mencapai -6%.

Fakta menariknya lagi, rekam jejak Bitcoin yang buruk di setiap bulan September ternyata seiring dengan anjloknya harga di bursa saham. Seperti yang terjadi tahun lalu, ketika S&P 500 mengalami penurunan nilai di bulan September rata-rata sebesar 0.7%, yang merupakan penurunan pertama setelah 25 tahun.

Baca juga:  Chainlink: Pengertian, Cara Kerja, dan Prospeknya di Tahun 2022

Inilah yang kemudian membuat para analis menyebut bahwa September effect juga terjadi di dunia kripto.

Disinyalir, bahwa penyebab September effect yang terjadi di dunia kripto juga sama saja dengan yang terjadi di bursa saham, yakni bertepatan dengan para investor yang secara beramai-ramai memutuskan untuk keluar dari posisi pasar setelah kembali dari liburan musim panas untuk mengunci keuntungan, atau bahkan kerugian pajak, menjelang penutupan tahun ini.

Sementara itu, juga ada dugaan bahwa investor individu secara serentak melikuidasi aset mereka pada bulan September, bertepatan dengan due date untuk membayar biaya sekolah tahunan anak-anak di Amerika Serikat.

September Effect: Mengapa Diprediksi sebagai Bulan yang Buruk dalam Kripto?

Bagaimana Menyikapi September Effect?

So, terkait mengenai hal ini, lalu apa yang bisa kita lakukan? Keluar dari pasar kripto, atau HODL?

Berikut beberapa rekomendasi hal yang bisa dilakukan oleh para investor kripto terkait September effect yang diprediksikan akan berulang di tahun ini.

Strategi Dollar Cost Averaging

Pasar cryptocurrency memang volatil. Itu sudah bisa kita lihat bahkan sepanjang tahun 2022 ini. So, seharusnya September effect tidak membuat shock lagi.

Bear market sudah pasti akan membuat nilai portofolio turun. Ini bisa jadi 2 arti: buy the dip untuk yang masih punya amunisi, atau HODL and see. Jika memang harus membeli aset kripto, gunakan strategi Dollar Cost Averaging. Dengan strategi ini, kita dimungkinkan untuk membeli aset dalam nominal-nominal kecil menyesuaikan pergerakan pasar, sehingga memperkecil peluang risiko yang bisa terjadi.

Strategi ini akan memberikan hasil lebih optimal ketimbang kamu investasikan semua modal dalam sekali trading.

Kelola Risiko secara Lebih Ketat

Kita punya tujuan investasi kripto yang berbeda-beda. Begitu pula dengan tingkat toleransi untuk menanggung risiko, juga berbeda. Jadi, jangan sampai melakukan kesalahan hanya karena kita mengikuti strategi investasi orang lain, yang tidak sesuai dengan kondisi, kemampuan, dan kebutuhan kita,

Baca juga:  Perusahaan Aset Digital yang Sudah Berizin Resmi di Indonesia, Cek Daftarnya!

So, tetapkan batasan mengenai berapa banyak kamu bisa berinvestasi dalam aset kripto tertentu, dan sebaiknya hindari untuk tergoda investasi dalam nominal yang lebih besar daripada yang mampu ditanggung kalau ternyata mengalami kerugian.

Kripto adalah instrumen dengan risiko ekstrem—sangat tinggi, apalagi di saat pasar bearish seperti sekarang, menjelang September effect. Meski bisa saja sejarah berubah, tetapi risiko itu tetaplah besar. Terlalu besar untuk dispekulasikan.

Pakai Indikator untuk Temukan Titik Masuk Terbaik

Belajar analisis teknikal secara lebih mendalam, agar pemahaman juga semakin baik. Dengan begitu, saat volatil, kamu juga bisa membuat prediksi dan analisis pergerakan harga aset berdasarkan indikator-indikator yang ada.

Memang enggak pernah ada indikator yang bisa seakurat itu, tetapi sering kali juga kita bisa menangkap sinyal-sinyal yang kuat mengenai kapan harus membeli aset lagi. Salah satunya dengan memanfaatkan Relative Strength Index (RSI). Pelajarilah hal ini lebih jauh lagi.

Diversifikasi Aset

Kamu bisa mencari diversifikasi altcoin selain bitcoin, karena di pasar bearish, terkadang altcoin justru lebih menjanjikan. Pasalnya, akumulasi trading altcoin bisa jadi tinggi, karena ada begitu banyak sentimen penggeraknya.

Hindari berinvestasi terlalu banyak pada satu aset saja. Seperti halnya investasi dalam saham, sebarkan dana di beberapa proyek yang menjanjikan—setelah sebelumnya kamu melakukan analisis mendalam.

No Panic-Panic Club

Saran kelima ini memang gampang diucapkan, tapi cukup sulit untuk dipraktikkan, ya kan?

Ya, mengelola emosi apalagi di pasar bearish itu memang enggak segampang kedengarannya. Faktanya, bahkan para investor yang sudah senior pun sekali dua juga pasti terjebak dalam hal ini.

Well, setidaknya yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa diri kita takut atau merasa serakah. Dengan kesadaran ini, kita biasanya kemudian bisa menenangkan diri dan kemudian bisa berpikir dengan lebih baik. Jangan ambil keputusan saat emosi menguasai. Miliki rencana yang konkret, sehingga ketika terjadi perubahan, kita juga tak terlalu shock.

Baca juga:  Ethereum Adalah Pelopor Blockchain 2.0, Sudah Tahu Kisahnya Belum?

Ya, pergerakan pasar kripto ke depannya masih akan sangat fluktuatif. Sebagai investor, adalah wajar jika sesekali kita merasa frustrasi, apalagi kalau kita adalah investor pemula. So, pastikan memilih strategi investasi yang tepat dan melakukan manajemen risiko odengan baik. Jangan lupa perkuat dana darurat dan juga jaring pengaman keuangan lain yang dibutuhkan. Dengan demikian, kamu bisa melewati naik turunnya roller coaster ini dengan tenang.