Pasar NFT OpenSea: Sejarah, Perkembangan, dan Risiko yang Perlu Disadari

Pasar NFT OpenSea: Sejarah, Perkembangan, dan Risiko yang Perlu Disadari

Marketplace NFT OpenSea memang semakin populer. Dimulai oleh viralnya Ghozali yang berhasil menjual foto-foto selfienya hingga meraup keuntungan miliaran.

Sampai di sini, apakah kamu penasaran, apa itu NFT OpenSea? Coba yuk, kita bahas dalam artikel kali ini.

Ini Dia 10 Marketplace NFT Indonesia dan Internasional yang Bisa Kamu Coba

Daftar Isi

Pasar NFT OpenSea: Pengertian dan Sejarahnya

NFT sendiri adalah Non Fungible Token, yang merupakan kode digital unik yang menyertai sebuah karya seni dan aset-aset bentuk digital lain. Sedangkan OpenSea adalah sebuah lokapasar atau marketplace khusus untuk jual beli—seperti marketplace hijau atau kuning, tempat biasa kamu belanja online—hanya saja produknya adalah NFT.

Pasar NFT OpenSea dikembangkan Maret 2020 oleh Devin Finzer dan Alex Atallah. Yes, bahkan baru 2 tahun berjalan, pasar NFT OpenSea ini sudah sangat populer. Sungguh pencapaian yang luar biasa bukan?

Sejak awal, marketplace ini memang dibangun demi menjadi wadah bagi para seniman yang ingin menjual karya digital dalam berbagai bentuk, mulai dari seni visual, musik, hingga games, dengan menggunakan jaringan blockchain sebagai medianya. Tak berapa lama setelah didirikan, pasar NFT OpenSea ini berhasil memiliki 4000 pengguna, dengan transaksi mencapai USD 1.1 juta per bulan.

Meski demikian, para pengembang OpenSea secara jujur menjelaskan, bahwa komisi 2.5% yang mereka terima sangat kecil, dan bisa jadi tidak dapat mempertahankannya dalam jangka waktu lama. Karena itu, mereka membutuhkan berbagai inovasi dan pengembangan lebih lanjut.

Perkembangan OpenSea Dimulai Seiring Popularitas NFT yang Melesat

Melalui kerja keras, para pengembang pasar NFT OpenSea mampu mempertahankan eksistensi bisnisnya, hingga akhirnya melesat di bulan September 2020. Bulan Februari 2021, masyarakat mengenal dan menggilai NFT hingga OpenSea pun berhasil mencetak rekor transaksi USD 350 juta, atau setara dengan Rp5 triliun hanya dalam bulan Juli 2021 saja.

Masih di bulan Juni, OpenSea juga berhasil mengumpulkan modal ventura sebesar USD 100 juta lagi untuk mengembangkan platformnya. Tak berapa lama kemudian, tepatnya bulan Agustus tahun 2021, volume transaksi pasar NFT OpenSea melonjak hingga mencapai USD 3.4 miliar, atau sekitar Rp48 triliun lebih. Ini artinya 10 kali lipat dari sebelumnya.

Baca juga:  6 Top Stablecoin List Saat Ini dan Mengapa Meresahkan Pemerintah?

Pengguna platform ini terus bertambah hingga sekarang, dan OpenSea pun menjadi pasar NFT yang paling besar saat ini, dengan 1.8 juta pengguna aktifnya. Dengan prinsip “mendengarkan keinginan pengguna”, OpenSea berhasil mendominasi pangsa pasar NFT secara global.

Mengapa Tertarik NFT?

Tak pelak, popularitas NFT memang menjadi faktor utama mengapa OpenSea menjadi besar seperti sekarang. Tapi, apa sih bagusnya NFT? Mengapa semua orang tiba-tiba heboh dengan kehadirannya?

Faktanya, awal popularitas NFT memang tidak disebabkan oleh OpenSea. Adalah Nifty Gateway, yang merupakan milik dan hasil pengembangan si kembar legenda teknologi Winklevoss, yang berhasil memperkenalkan NFT pada khalayak ramai. Mereka mengangkat isu bahwa karya seni juga bisa dinikmati secara digital, berkualitas tinggi, dan berkurator.

Tak lama kemudian, melalui rumah lelang Christie’s, sebuah karya seni fenomenal milik Beeple yang berjudul Everydays: The First 5000 Days berhasil dijual dengan harga fantastis: USD 69 juta. Karya ini menjadi karya NFT pertama dan termahal, sekaligus karya termahal ketiga yang berhasil dijual oleh seorang seniman yang masih hidup.

Melalui konsepnya yang memang terlindungi secara hak cipta, bisa memperkuat bonding antara seniman dan penikmat hasil karya seninya, NFT pun melesat popularitasnya hingga sekarang. Banyak orang merasa bangga bisa membeli dan mengoleksi barang-barang seni yang bersertifikat dan asli dari senimannya sendiri. Prestise dan gengsi melambung, membuat orang semakin bernafsu memburu karya seni unik lainnya untuk dimiliki.

Hingga kemudian muncul FOMO, nggak punya NFT nggak kekinian. Terlepas dari segala hype dan popularitasnya, kita perlu juga memahami bahwa NFT memiliki risikonya sendiri.

Pasar NFT OpenSea: Sejarah, Perkembangan, dan Risiko yang Perlu Disadari

Risiko Investasi NFT OpenSea

Aset investasi vs koleksi

Banyak orang bilang, bahwa beli NFT itu sama dengan investasi. Namun, sebagian lagi menganggap, bahwa NFT bukanlah instrumen investasi, tetapi lebih cenderung mengarah pada koleksi. Saat kita membeli instrumen investasi, maka kita punya harapan suatu saat aset tersebut dapat menjadi sumber penghasilan. Minimal, jika nanti dijual kembali, maka nilainya bisa sangat lebih besar.

Baca juga:  Kabar Baik: Fitur NFT Instagram Resmi Meluncur di Indonesia!

Sementara, banyak orang membeli karya NFT untuk disimpan sebagai memorabilia terhadap seni dari seniman yang membuatnya. Mereka berniat menyimpannya, dan tidak akan menjual aset tersebut. Karena hal tersebutlah, NFT tidak bisa dikatakan sebagai aset investasi.

Aset NFT tidaklah likuid. Setelah kita membeli karya NFT yang pertama, tak akan mudah untuk menjualnya kembali pada orang lain (dengan harga yang lebih tinggi) kalau karya tersebut enggak punya nilai keunikan yang tinggi juga.

Fluktuasi harga

Harga NFT sendiri juga bisa berfluktuasi. Misalnya saja seperti foto-foto selfie Ghozali. Bisa jadi, setelah hype-nya lewat, harganya kembali merosot ke harga dasarnya, dan tak lagi bisa dijual dengan cepat.

Pasalnya, contohnya saja di pasar NFT OpenSea, kamu bisa membeli ataupun menjual karya senimu secara lelang. Artinya, karyamu bisa saja diharga tinggi, tetapi juga bisa dihargai rendah.

Karena alasan-alasan inilah, kamu harus paham betul cara kerja NFT jika memang ingin membelinya. Pertimbangkan, kamu ingin membeli untuk koleksi, atau untuk tujuan lain? Pendekatannya akan sangat berbeda untuk keduanya.

Hacker dan pencuri karya

Meski diklaim sebagai media yang mampu melindungi hak cipta, namun para pencuri tetap saja punya akal untuk berbagai modus baru demi keuntungan pribadi. Beberapa kasus sudah terjadi, ketika pasar NFT OpenSea “kecolongan” ada penjualan beberapa karya yang dicuri dari seniman aslinya. Bagaimanapun, konsep pasar terbuka memang akan membuka juga peluang terjadinya tindak kriminal pencurian karya seperti ini. Februari 2022 yang lalu saja, pihak OpenSea secara terbuka mengakui telah menghapus lebih dari 80% item lantaran melanggar aturan.

Meski demikian, pihak pasar NFT OpenSea gercep melakukan tindakan untuk memperbaiki celah ini. Baru saja diumumkan pada tanggal 11 Mei 2022 lalu, bahwa OpenSea mengembangkan fitur baru yang memungkinkan sistemnya mendeteksi dan menghapus NFT hasil jiplakan. Teknologi baru yang telah dikembangkan diklaim mampu membandingkan sebuah karya palsu dengan karya asli hingga detail; melihat flip, rotasi, dan varian enhancing lainnya. Selain menggunakan AI, pihak platform juga menggunakan sumber daya manusia untuk secara manual mendeteksi peniruan yang mungkin terjadi.

Baca juga:  10 NFT Termahal dan Populer di Dunia 2022 – Fantastis!

Selain itu, ada juga berbagai pengembangan lainnya. Misalnya seperti proses verifikasi akun, penghapusan konten yang menyinggung, dan meningkatkan proses penghapusan.

Risiko privasi data

Risiko yang muncul dari berkembangnya pasar NFT OpenSea berikutnya ini lebih pada tingkat literasi masyarakat yang masih rendah. Salah satu contoh nih, setelah terjadi Ghozali Effect, banyak orang juga pengin kebagian cuan dari penjualan NFT OpenSea. Namun, alih-alih menjual karya sendiri, banyak dari mereka menjual foto-foto dari hasil gugling, bahkan ada yang menjual foto eKTP orang lain!

Kebayang nggak tuh, kalau tiba-tiba eKTP kita muncul di lapak orang di OpenSea? Ngeri kan?

Nah, itu dia sekilas tentang pengertian, sejarah dan perkembangan, serta risiko yang muncul dari pembelian karya di pasar NFT OpenSea. Bagaimana? Sudah paham dan dapat gambaran kan?

Selanjutnya, jika kamu memang masih pengin membeli NFT dari OpenSea, kamu sudah paham cara kerjanya. Dari sini, kamu bisa mengelola risiko dan memanfaatkannya dengan baik.

Happy NFT-ing!