Berkenalan dengan Tokenomics, Sistem Moneter Cryptocurrency

Berkenalan dengan Tokenomics, Sistem Moneter Cryptocurrency

Kalau kamu sudah sering mengamati kegiatan para analis kripto, maka pasti kamu juga sudah berkenalan dengan tokenomics.

Tokenomics bisa dibilang merupakan bagian terpenting fundamental aset kripto, sehingga kalau kamu bisa mempelajarinya, maka kemampuan analisis investasimu pun akan lebih baik. Nantinya, kamu pun bisa memilih kripto dengan tepat sehingga dapat diinvestasikan dalam jangka panjang.

Nah, penasaran enggak tuh? Yuk, kita pelajari lebih jauh!

Celsius Network: Biang Kerok Jatuhnya Cryptocurrency (?)

Daftar Isi

Apa Itu Tokenomics?

Pernah nggak sih menemukan proyek blockchain yang bagus, tetapi harganya stagnan, atau bahkan dengan cepat turun drastis?

Atau pernah enggak penasaran, tentang apa sebenarnya yang membuat aset kripto bisa bertahan dalam 10 besar cryptocurrency berkapitalisasi pasar tertinggi tanpa tergeser sekalipun?

Nah, tokenomics akan berperan di sini.

Tokenomics berasal dari 2 kata, yaitu token dan economics. Token merupakan aset digital yang memiliki nilai dan dapat ditukarkan dengan aset lain yang bernilai sama. Sedangkan economics merupakan berbagai aspek dalam token yang bernilai ekonomis. Aspek di sini bisa berupa pasokan,  permintaan, distribusi, potensi penggunaannya, harga dan valuasi, hingga potensi perkembangannya di masa depan.

Dengan demikian, bisa dibilang bahwa tokenomics adalah teori yang menjelaskan bagaimana mata uang kripto dapat bekerja dengan baik dalam ekosistemnya. Kalau mata uang fiat seperti Rupiah punya Bank Indonesia yang mengatur kebijakan moneternya, maka di dunia kripto, blockchainlah yang akan mengatur supply and demand token yang ada di dalamnya.

Tokenomics memiliki tujuan untuk menciptakan sistem yang memungkinkan publik tertarik memiliki mata uang kripto yang dapat memberikan keuntungan dalam jangka panjang, dengan demikian akan menstabilkan platformnya. Kalau dalam saham, ini adalah aspek yang biasanya dipelajari dan dianalisis oleh para value investor mengenai fundamental saham dan industrinya sebelum mereka mulai menanamkan modal pada suatu saham. So, ini artinya, tokenomics bisa digunakan oleh para investor untuk menentukan, seberapa layakkah suatu aset kripto untuk diinvestasikan, terlebih dalam jangka panjang.

Baca juga:  Christie 3.0: Kenalan dengan Rumah Lelang dan Fakta-Faktanya

Nah, kesulitan yang kemudian muncul dari hal ini adalah setiap blockchain akan membutuhkan sistem yang berbeda, tergantung pada fungsi dan misi dari blockchain itu sendiri.

Lalu, apa saja bagian dari tokenomics? Mari kita lihat satu per satu.

6 Stablecoin Gold yang Populer di Dunia

Bagian-bagian Tokenomics

Supply Token

Setiap mata uang kripto dan token memiliki supply-nya sendiri-sendiri. Ada yang punya infinite supply seperti Ethereum, ada pula yang memiliki finite supply seperti halnya Bitcoin.

Di sini, market cap dianggap menjadi indikator stabilitas market value cryptocurrency sebagai instrumen investasi. Mata uang kripto dengan market cap di atas USD 10 miliar dianggap berlikuiditas tinggi dan lebih stabil ketimbang cryptocurrency dengan kapitalisasi di bawah USD 5 miliar.

Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Market cap = circulating supply x current price

Melihat hal tersebut, maka investor sebaiknya memang menaruh perhatian lebih pada market cap alih-alih sekadar melihat harga cryptocurrency-nya saja. Mengapa demikian?

Seperti yang kita lihat pada DOGE, yang market cap-nya sudah sangat besar sementara harganya masih stagnan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena jumlah supply DOGE memang tidak terbatas, sehingga demand-nya akan harus lebih banyak lagi untuk menaikkan harganya.

Nah, dalam hal ini, kita juga perlu memperhatikan rasio market cap terhadap Total Value Locked-nya.

Apa itu Total Value Locked? Total Value Locked, atau TVL, merupakan nilai aset yang sedang tidak beredar di pasar kripto. Bisa jadi karena staking atau terkunci dalam protokol. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari token DeFi.

Rasio ini jika besarannya kurang dari satu maka dianggap baik. Meski demikian, rasio rendah bisa jadi juga disebabkan oleh adanya insentif sementara untuk mengunci token, atau jika terjadii perubahan supply.

Berkenalan dengan Tokenomics, Sistem Moneter Cryptocurrency

Demand Token

Demand token didorong oleh kegunaan dari token itu sendiri. Semakin banyak kegunaannya, maka demand juga akan semakin tinggi.

Baca juga:  Penjelasan Lengkap tentang Layer 1, Layer 2, dan Layer 0 Blockchain

Apa saja kegunaan token?

  • Governance: token yang memberikan hak dalam pengambilan keputusan tentang blockchain
  • Network fees: token yang memberikan bagian dari keuntungan biaya jaringan.
  • Staking/mining: token yang menjadi upah dalam upaya validasi transaksi.
  • Store of value: token yang dapat bertahan value-nya dalam jangka waktu yang panjang.

Alokasi Token

Pada umumnya, founder dan pengembang melakukan 2 cara untuk menyebarkan token:

Pre-mined

Founder menambang sebagian token sebelum mulai diluncurkan. Dengan begini, founder dan tim pengembang memiliki kesempatan untuk mencari dana lewat Initial Coin Offering, atau ICO. Selain itu juga biasanya dipakai sebagai insentif untuk sesiapa pun yang berperan dalam pendirian token. Hal ini pernah dilakukan oleh Binance, Polkadot, Ethereum, dan lain-lain.

Berapa persentase yang dialokasikan? Tergantung pada kontribusi masing-masing ke jaringan, karena sifatnya sebagai insentif.

Fair launch

Founder dan publik secara bersamaan mendapatkan token, sehingga enggak ada alokasi token secara khusus. Kripto yang melakukan cara ini misalnya seperti Bitcoin, Dogecoin, dan sebagainya.

Vesting Schedule

Vesting schedule kurang lebih bisa dibilang sebagai skedul atau jadwal penguncian token, yaitu periode ketika token yang dibeli saat pra penjualan ICO tidak boleh dijual dulu.

Hal ini dikarenakan, akan muncul risiko supply shock jika tim ataupun investor melepas token secara bersamaan.

Dari vesting schedule, kamu bisa tahu kapan saja ada risiko volatilitas harga. Misalnya saja di awal Januari 2021, solana berpeluang mengalami supply shock, karena adanya extreme versing schedulu. Tetapi untungnya, enggak ada penjualan solana secara massal saat itu yang justru bisa membuat harganya tertekan dalam.

Nah, demikianlah gambaran singkat mengenai tokenomics.

Karena tokenomics bersifat jangka panjang, maka volatilitas harga aset kripto dalam jangka pendek akan diabaikan. Dengan demikian, pengaruh emosional dapat ditekan, kalau harga masih bergerak menurun setelah kita membeli token yang berkaitan.

Baca juga:  Apa yang Perlu Kamu Tahu tentang Web5?

So, bisa dibilang, tokenomics adalah alat analisis yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam penilaian terhadap aset kripto tertentu yang kita incar, sehingga kita enggak sekadar cap cip cup dalam memilih dan berinvestasi kripto.