Kini, kita sudah tiba di masa teknologi telah menyederhanakan semua proses. Yang dulu harus ribet mengurus ini-itu terkait dokumen, sekarang ada Smart Contract yang membuat semua terasa mudah.
Barangkali istilah Smart Contract ini masih jarang didengar ya oleh orang awam. Karena di Indonesia sendiri masih jarang menemukan yang memakai Smart Contract ini, terlebih teknologi blockchain belum semua mengetahui dan memakainya. Tapi, kalau kamu sudah akrab dengan decentralization finance atau biasa disebut DeFi pasti sering mendengarnya.
Daftar Isi
Apa Itu Smart Contract?
Pengertian Smart Contract adalah perjanjian yang terjadi antara dua orang (misalnya penjual-pembeli) dalam bentuk kode komputer. Smart Contract ini berada di jaringan blockchain, jadi segala dokumen dari kedua belah pihak akan disimpan di database publik dan tidak akan bisa diubah.
Teknologi blockchain memegang peranan utama dalam Smart Conctract ini. Seperti yang kita ketahui ya, dengan menggunakan teknologi ini berarti akan memangkas proses dan pihak ketiga (broker, pemerintah, lembaga keuangan dan lain-lain).
Selama ini, setiap kita mengurus perizinan, transaksi jual-beli, dan lain sebagainya selalu disulitkan dengan proses yang panjang, ribet plus membutuhkan pihak ketiga. Sehingga, saat kita membutuhkan proses yang cepat mau tak mau mesti mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Nah, proses-proses yang ‘menghambat’ inilah akan dipangkas dalam Smart Contract.
Bisa dibilang Smart Contract ini masa depan transaksi tanpa adanya pihak ketiga.
Di dalam Smart Contract, suatu transaksi itu bisa terjadi apabila kondisi dalam perjanjian terpenuhi. Karena tidak membutuhkan pihak ketiga, dalam pelaksanaannya tidak ada pihak yang perlu dipercayai dalam Smart Contract.
Sebagai bentuk kontrak, Smart Contract memiliki sifat transparan, otonom, deterministik, terdistribusi dan tentunya abadi. Sehingga dengan sifat-sifat tersebut, menjadikannya sebagai nilau tukar pengganti sebuah kepercayaan di antara dua pihak yang tidak saling mengenal di jaringan DeFi.
Seperti halnya program, kontrak ini terdiri dari kode dan data yang akan dicatat untuk sebuah tujuan yang spesifik. Siapa pun bisa membuat Smart Contract melalui akun Ether (ETH) tentunya dengan catatan memahami bahasa pemogramannya.
Sejarah Smart Contract
Adalah Nick Szabo (seorang cryptographer) yang mengenalkan pertama kali Smart Contract di tahun 1994. Nick muncul dengan gagasan akan teknologi yang bisa merekam kontrak dalam bentuk kode komputer. Lalu, kontrak ini akan otomatis aktif saat kondisi tertentu dipenuhi. Ide dari Nick ini berpotensi memangkas kehadiran pihak ketiga.
Landasan Nick membuat ini sederhana, karena ke depannya masyarakat tidak lagi membutuhkan pihak ketiga saat melakukan transaksi. Dan sebaliknya, kontrak ataupun transaksi bisa dilakukan sendiri di jaringan yang terpercaya di mana dikendalikan sepenuhnya oleh komputer.
Penjelasan akan Smart Contract dianalogikan dengan vending machine. Lulusan Universitas Washington itu menjelaskan penggunanya hanya membutuhkan memasukkan sejumlah uang dan memilih minuman yang akan dibelinya. Ketika jumlah uang sudah diterima, maka pengguna akan mendapatkan minuman dari mesin tersebut.
Nick Szabo meramalkan masa depan kontrak digital ini nantinya akan menggantikan kontrak fisik yang terlalu banyak menggunakan banyak sumber daya. Ide akan Smart Contract ini dikerjakan bertahun-tahun, bahkan Nick sempat menulis sebuah buku berjudul “Smart Contracts : Building Blocks for Digital Free Markets”. Sayangnya di tahun 1994, teknologi blockchain belum diciptakan.
Untuk teknologi blockchain sendiri dikenalkan oleh seseorang atau sekelompok yang menggunakan nama Satoshi Nakamoto (yang juga pencetus Bitcoin dan hingga sekarang ini belum ada yang tahu identitas aslinya).
Di tahun-tahun berikutnya, seorang bernama Vitalik Buterin memanfaatkan teknologi blockchain dalam mewujudkan Smart Contract untuk bisa digunakan dalam menyelesaikan msalah di kehidupan nyata.
Bagaimana Cara Kerja Smart Contract?
Contoh di bawah ini akan menjelaskan cara kerja Smart Contract.
A ingin membeli ruko milik B dengan harga Rp500.000.000,-, transaksi jual belinya menggunakan Smart Contract. Di sini, Smart Contract berisi perjanjian antara A dan B, dan hanya bisa terjadi setelah keduanya memenuhi kesepakatan yang dibuat.
B bisa mendapatkan uang senilai lima ratus juta maka dia mesti memberikan sertifikat ruko tersebut pada A. Nantinya, setelah A menerima sertifikat barulah B akan mendapatkan uang tersebut, sesuai dengan Smart Contract yang telah dibuat dan disepakati bersama.
Andai A dan B tidak menggunakan Smart Contract, coba dihitung berapa banyak biaya yang harus mereka keluarkan untuk membayar pihak ketiga, bertemu di tempat ini-itu? Yang pasti tidak sedikit.
Menggunakan Smart Contract, tak ada lagi komisi, tidak ada lagi penundanaan menunggu pengacara maupun brokoer untuk bisa memproses perjanjian. Contoh ini hanyalah salah satu dari sekian banyak penerapan yang bisa menggunakan Smart Contract untuk menyelesaikan masalah.
Penerapan Smart Contract
Penggunaan Smart Contract itu tidak terbatas. Sekarang ini Smart Contract tidak hanya terbatas pada transaksi jual beli saja, tapi sudah merambah ke otorisasi kredit, layanan asuransi, proses hukum dan juga crowdfunding atau pengumpulan dana.
Industri mana saja yang sudah tersentuh Smart Contract? Bagaimana mereka akan memberikan keuntungan ke industri lain di masa depan? Berikut contoh-contohnya.
Kesehatan
Penggunaan Smart Contract di industri kesehatan ditujukan untuk mencatat data-data kesehatan dan rekaman riwayat kesehatan pasien.
Salah satu contoh aplikasinya adalah Encrypgen. Ini merupakan aplikasi yang menggunakan Smart Contract dalam transfer data pasien dengan cara aman, dan pihak ketiga tidak bisa mengaksesnya.
Melalui aplikasi ini, pasien bisa mengendalikan data mereka sendiri. Apabila ada peneliti yang ingin menggunakan data pasien, mereka harus membayarnya. Dan pasien memiliki otoritas penuh terhadap data mereka, mau dijual atau tidak.
Asuransi
Di tahun 2017, ada dua perusahaan asuransi yang menguji Smart Contract ini yaitu Atlas Insurance di Malta dan Axa di Prancis. Konsep mereka adalah memberikan kompensasi ke pelanggan maskapai penerbangan apabila penerbangannya tertunda.
Pemerintahan
Adalah aplikasi FollowMyVote yang menggunakan Smart Contract dan juga teknologi blockchain. Aplikasi ini berupaya melindungi pengumutan suara dari penipuan. Jadi, saat data voting ditulis di blockchain, transkasi tidak bisa diubah. Ketika waktu pemungutan suara selesai, maka Smart Contract akan mengirim token ke alamat yang mewakili pemenang suara.
Bisnis
Penggunaan Smart Contract di bisnis bisa memeroleh keuntungan yang lumayan besar. Daripada mengeluarkan biaya operasional staf untuk pembayaran gaji, perusahaan bisa menggunakan Smart Contract. Di sini perusahaan bisa memangkas biaya operasional, menghemat waktu dan pembayaran yang otomatis akan membuat pegawai senang.
Smart Contract dan Masa Depan
Smart Contract memiliki masa depan yang cerah. Memang sih, teknologi yang satu ini masih sangat muda, ditambah teknologi blockchain belum diadaptasi oleh semua pihak. Masih butuh waktu untuk bisa mengenali, menggunakannya dan melakukan penyesuaian.
Namun seiring waktu, teknologi ini akan bisa disempurnakan. Kelak, Smart Contract akan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat dunia. Smart Contract akan menghapus segala bentuk pungli, korupsi, mengurangi penipuan, penundaan hingga proses yang ribet.