Jika kamu tertarik investasi di kripto, seperti bitcoin yang merupakan salah satu mata uang kripto berkapitalisasi pasar terbesar, maka kamu perlu memahami risiko investasi pada mata uang virtual tersebut. Meski disebut sebagai pelopor dan prospek masa depannya cerah, ada beberapa resiko investasi bitcoin yang mesti kamu tahu agar tidak salah langkah.
Di Indonesia sendiri, transaksi aset kripto sudah diizinkan untuk dilakukan oleh masyarakat luas. Izin ini diberikan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), tentunya dengan ketentuan dan sejumlah pengetatan regulasi demi keamanan ekosistem di pasar kripto. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi kerugian seperti modus penipuan investasi bitcoin yang tengah marak terjadi di masyarakat.
Ya, memang tak dapat dimungkiri kan, bahwa meledaknya popularitas cryptocurrency membuat investasi mata uang digital jadi instrumen paling diincar?
So, mari kita lihat beberapa resiko investasi bitcoin yang perlu kamu ketahui sebelum memulainya. Simak artikel ini sampai selesai ya.
Daftar Isi
7 Resiko Investasi Bitcoin dan Tips Mengurangi Potensi Kerugian
So, sebelum kamu memulai perjalananmu, kamu perlu paham betul bahwa setiap instrumen investasi itu memiliki risiko. Tak ketinggalan aset kripto.
Berikut ini beberapa resiko investasi bitcoin dan tips untuk meminimalkan potensi kerugian yang bisa terjadi dan perlu kamu ketahui sebelum terjun beli bitcoin.
1. Harga Pasar Kripto Sangat Fluktuatif
Di samping keuntungannya yang menggiurkan, resiko investasi bitcoin ini terbilang tinggi karena harga pasar yang fluktuatif. Contohnya pada harga bitcoin yang dapat mengalami kenaikan dan penurunan secara drastis dalam hitungan hari, bahkan jam.
Contoh kasus nih. Pada 10 November 2021 lalu, bitcoin mencetak harga tertinggi sepanjang sejarahnya dengan mencapai nilai USD 68.990 per keping. Namun, angka tersebut hanya bertahan selama 7 jam saja. Harga bitcoin langsung merosot ke angka USD 63.036, dan terus berada di zona merah selama beberapa bulan ini.
Dengan volatilitas harga aset yang tak terkendali itu, bitcoin sering kali membuat para hodler bitcoin kalang kabut. Tak ada yang bisa memprediksi dengan pasti, kapan harga dapat melesat kembali atau justru terus turun. Terutama para pemula.
Untuk menghindari kerugian besar, solusi utamanya adalah tetap waspada dengan kondisi pasar dan lakukan investasi jangka panjang. Dengan demikian, kamu bisa mengalokasikan sedikit demi sedikit dan kecemasan akan penurunan akan lebih terorganisir.
2. Pencurian dan Peretasan
Cryptocurrency umumnya disimpan di dompet digital dan diperdagangkan melalui pertukaran mata uang secara digital juga. Dengan aktivitas transaksi yang serba online itu, cryptocurrency jadi sangat objek yang “menarik” bagi para penjahat dunia maya.
Kejahatan siber merupakan risiko serius dalam hal ini, lantaran tidak ada cara untuk mengembalikan bitcoin milik kamu yang sudah dicuri. Untuk dapat akses ke dompet cryptocurrency dan platform perdagangan modusnya beragam, tetapi umumnya dengan melakukan serangan phishing.
Karena itu, pengguna wajib memilih opsi platform dompet maupun exchange yang tepercaya. Jagalah kunci atau password ke akun kripto kamu, jangan sampai jatuh ke tangan yang salah. Kamu juga harus mematuhi protokol keamanan internet yang ketat untuk melindungi aset yang kamu punya.
3. Rawan Penipuan
Tak hanya maraknya peretasan dan kejahatan cyber, saat ini banyak terjadi penipuan yang berkaitan dengan investasi bitcoin. Penggunaan platform yang serba online dan popularitas yang terus meningkat cenderung juga berperan meningkatkan resiko investasi bitcoin dengan hadirnya layanan pertukaran palsu.
Hal ini tentu menjadi salah satu sumber kerugian yang besar bagi investor. Di samping kemudahan akses dan sistem dalam jaringan, ternyata masih ada ancaman keamanan di luar sana. Maka penting untuk mengikuti aturan Bappebti dengan menggunakan kripto dan exchange yang legal.
4. Kurangnya Regulasi
Di Indonesia sendiri sudah ada regulasi terkait investasi dan perdagangan bitcoin meski belum secara keseluruhan dikaji. Terlebih melihat pasar cryptocurrency yang masih baru.
Soal pajak misalnya. Meski sudah ada wacana, namun dikutip dari Media Indonesia, pihak dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menyatakan, bahwa skema dan perhitungan soal pajak transaksi kripto masih tahap pengkajian. Kurangnya regulasi perpajakan akan menimbulkan masalah persaingan antara mata uang fiat yang berlaku, yaitu rupiah dan mata uang kripto sendiri.
5. Teknologi Masih Baru
Meski sudah 10 tahun, tetapi bitcoin memang baru mulai populer belakangan, terutama di masa pandemi. Sampai dengan hari ini, teknologi kripto ini bisa dibilang masih dalam tahap perkembangan. Ke depannya, masih ada potensi akan banyak perubahan yang terjadi dan kondisi pasar pun bisa jadi masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya.
So, sebagai investor kripto, kamu perlu berhati-hati soal resiko investasi bitcoin satu ini. Lakukan banyak riset sebagai langkah awal sebelum mengeluarkan sejumlah dana di pasar kripto.
6. Ada Batasan Penggunaan
Meski sudah meluas, baru sedikit waralaba atau perusahaan yang menerima bitcoin dan kripto lainnya sebagai alat pembayaran. Beberapa di antaranya adalah Microsoft, PayPal, Overstock, Whole Foods, Starbucks dan beberapa waralaba Subway.
Namun, karena masih terbatas, hal ini jadi kekurangan sekaligus resiko investasi bitcoin, yang memungkinkan kamu tidak dapat membelanjakan uang layaknya menggunakan kartu kredit atau debit.
Di Indonesia sendiri ditegaskan, bahwa mata uang resmi yang berlaku tetap hanya satu, yaitu rupiah. Dengan demikian, kripto—baik bitcoin maupun yang lainnya—tetap “hanya” dianggap sebagai instrumen yang dapat diinvestasikan, tidak lebih.
7. Tidak Dapat Diubah
Pada prinsipnya, transaksi bitcoin bersifat anonim dan tidak diatur oleh otoritas mana pun, sehingga resiko investasi bitcoin lainnya yang muncul adalah kurangnya keamanan.
Maksudnya bagaimana sih?
Begini. Setiap transaksi kripto tidak dapat diubah dan bersifat final. Jadi tidak ada yang dapat dilakukan jika jumlah yang salah dikirim atau jika dikirim ke penerima yang salah. Berbeda dengan uang fiat, misalnya. Misalnya ada kasus kamu salah transfer rupiah ke rekening lain, kamu masih bisa memgurusnya ke bank dengan menyertakan berbagai bukti. Nantinya, setelah dilakukan verifikasi dan berbagai prosedur, uangmu bisa saja dikembalikan. Hal seperti ini tidak bisa dilakukan dalam teknologi kripto.
Selain itu, banyak pengguna bitcoin memilih untuk menyimpan aset kripto mereka di dompet cryptocurrency, yang menempatkannya pada resiko investasi bitcoin lain. Terutama kalau pengguna kehilangan akses ke kunci pribadi mereka. Jika hard drive crash atau virus merusak catatan atau bahkan dompet, dana tidak dapat diakses atau hilang sepenuhnya dalam hitungan menit.
Kamu dapat memilih untuk berinvestasi atau trading kripto. Untuk mengurangi resiko investasi bitcoin, sebaiknya kamu melakukan diversifikasi. Namun, jika kamu memilih trading, menggunakan dana dengan jumlah kecil akan lebih efektif agar tidak mengalami leverage, lalu pilih broker yang memberi jaminan stop loss.
Itu dia beberapa resiko investasi bitcoin yang harus kamu hadapi, begitu kamu memutuskan untuk mulai berinvestasi. Meski risikonya cukup banyak, tetapi sebenarnya jika kamu punya strategi yang kuat, kamu bisa melakukan mitigasi risiko yang baik sehingga hal-hal tersebut bisa dihindari.
Intinya, yuk, belajar cryptocurrency dulu; kenali cara kerjanya, pahami risikonya, dan tentukan strateginya, demi keuntungan yang optimal.