Platform pertukaran aset kripto berbasis di Tokyo, Mt. Gox, mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya akan mengembalikan kerugian yang dialami oleh para penggunanya walaupun kasus ini sudah berlalu delapan tahun lalu. Tentu saja pernyataan ini disambut positif oleh kreditur yang mengalami kerugian di masa itu.
Peretasan dan pencurian aset Bitcoin di platform Mt. Gox terjadi dalam rentang tahun 2011-2014 disebut sebagai salah satu pencurian aset kripto terbesar dalam sejarah. Dikutip dari laman resmi Bloomberg, Mt. Gox akhirnya harus gulung tikar di bulan Februari 2014 setelah kehilangan sekitar 850.000 Bitcoin yang setara dengan $500 juta di masa itu.
Lantas bagaimana awal mula kejadian pencurian terbesar ini terjadi? Dan apa langkah yang dilakukan oleh Mt. Gox? Berikut ulasannya.
Sejarah Mt. Gox
Mt. Gox adalah platform pertukaran aset kripto terbesar di masanya yang berbasis di Shibuya, Tokyo. Platform ini pernah menangani lebih dari 70% volume perdagangan Bitcoin secara global.
Dikutip dari Wikipedia, awal mula munculnya Mt. Gox dari seorang programmer bernama Jed McCaleb. Di akhir tahun 2006, McCaleb memiliki ide untuk membangun sebuah website bagi pengguna layanan permainan kartu berbasis fantasi yaitu Magic: The Gathering Online. Di mana dengan adanya website ini, pengguna bisa menukar kartu “Magic: The Gathering Online” seperti layaknya saham.
Di bulan Januari 2007, McCaleb membeli domain dengan nama mtgox.com yang merupakan akronim dari Magic: The Gathering Online eXchange. Website ini beroperasi kurang lebih tiga bulan sebelum McCaleb memutuskan pindah ke proyek lain. Tahun 2009, ia kembali menggunakan nama domain tersebut untuk mengiklankan permainan kartunya The Far Wilds.
Juli 2010, McCaleb membaca tentang Bitcoin di Sladshot. Di sinilah, ia memutuskan bahwa komunitas Bitcoin membutuhkan sebuah platform pertukaran yang melayani perdagangan Bitcoin dan mata uang fiat. Di tanggal 18 Juli 2010, Mt. Gox meluncurkan layan pertama mereka yaitu pertukaran dan penawaran harga dengan nama domain mtgox.com.
Di tahun 2011 Mt. Gox dijual ke developer asal Prancis, Mark Karpelés.
Dalam perjalanannya, Mt. Gox menjadi salah satu platform pertukaran aset kripto terbesar di dunia. Sayangnya ini tidak didukung oleh tingkat keamanan yang canggih sehingga memiliki celah terjadinya peretasan.
Di tahun 2014, Mt. Gox menyatakan bangkrut pada otoritas di Jepang. Alasan utama karena terjadi pencurian kurang lebih 850.000 Bitcoin milik pengguna selama rentang waktu 2011-2014. Sayangnya, dari jumlah yang hilang, diperkirakan hanya sekitar 141.686 BTC yang bisa dikembalikan ke pengguna platform ini.
Sekilas Kasus Peretasan Mt. Gox
Semua berawal di bulan Februari 2014, ketika sebagian besar pengguna layanan platform ini mengalami masalah berupa keterlambatan dalam penarikan. Masalah ini kemudian diselidiki dan ditemukan adanya peretasan yang mencuri 740.000 BTC dari para pengguna dan sebesar 100 BTC milik perusahaan. Adapun konversi dari aset kripto yang hilang saat itu senilai kurang lebih $500 juta.
Tak lama sesudah kejadian tersebut, masih di tahun yang sama, Mt. Gox menyatakan bangkrut. Lalu menutup website resmi dan seluruh proses transaksi. Tak hanya itu, mereka pun mengumumkan hal yang mengejutkan ekosistem kripto di mana mereka kehilangan 850.000 BTC.
Dari pihak Mt. Gox memberikan klarifikasi resmi saat itu, bahwa kejadian tersebut terjadi karena website mereka di-hack oleh peretas. Di bulan Maret 2014, Mt. Gox mengeluarkan kembali pernyataan bahwa pihaknya menemukan sekitar 200.000 BTC di wallet lama. Informasi ini seperti oase bagi para pengguna Mt. Gox, seakan ada harapan mendapatkan ganti rugi atas aset mereka yang hilang yang jumlahnya tidak sedikit.
Sejak kejadian tersebut, sebagian besar pengguna platform mengajukan gugatan ke pengadilan Tokyo untuk menuntut CEO Mark Karpelés, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadiaan peretasan tersebut.
Lalu siapakah pelaku peretasan terbesar dalam sejarah ini?
Dikutip dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengidentifikasi bahwa Alexander Vinnik, pemilik dari BTC-e bitcoin exchange, sebagai tokoh kunci dalam pencucian Bitcoin curian di Mt. Gox. Saat ini Vinnik berada di penjara tepatnya di Yunani setelah ditangkap di musim panas tahun 2017.
Fakta Upaya Pengembalian Dana Oleh Mt. Gox
Setelah delapan tahun berlalu, titik terang pengembalian dana pengguna Mt. Gox mulai terlihat.
Ini dengan adanya pengumuman resmi dari Wakil Rehabilitasi atau Rehabilitation Trustee, Nobuaki Kobayashi, sebagai perwakilan dari Mt. Gox. Di pengumuman tersebut menyatakan bahwa pihaknya tengah berupaya melakukan pengembalian dana sesuai rencana rehabilitasi yang telah disetujui oleh Mt. Gox.
Adapun rencana rehabilitasi ini telah disetujui dari perintah konfirmasi Pengadilan Distrik Tokyo, dibuat final juga mengikat sejak tanggal 16 November 2021.
Beberapa poin dari pengumuman tentang pengembalian dana mantan pengguna Mt. Gox antara lain :
- Kreditur Mt. Gox akan menerima 141,686 BTC, 142,846 bitcoin cash (BCH) dan 69,776,002,441 yen berdasarkan peretasan yang terjadi di tahun 2014 yang menyebabkan platform kehilangan 850.000 BTC.
- Dokumen pengumuman tersebut mengungkapkan bahwa batas waktu repayment diatur oleh Rehabilitation Trustee dengan izin pengadilan terkait waktu yang tepat untuk pengembalian dana.
- Kreditur diberikan batas waktu hingga 15 September 2022 untuk melakukan klain. Adapun klaim, transfer atau pemberian agunan setelah tanggal tersebut dinyatakan dilarang dan tidak akan diproses oleh sistem rehabilitasi, serta bisa mengakibatkan keterlambatan atau kehilangan dana.
- Seluruh kreditur akan menerima initial base payment. Mereka juga bisa memilih untuk menerima dana sekaligus di satu waktu atau di pembayaran berikutnya. Di mana hal ini tidak bisa ditentukan kapan waktunya hingga proses pengadilan selesai.
- Batas waktu pengembalian diperkirakan kurang lebih sama dengan batas waktu pengembalian sekaligus.
- Pengembalian yang dilakukan dengan uang tunai berasal dari likuidasi bitcoin Mt. Gox akan mengalami perbedaan tanggal pengembalian karena proses ini akan memakan waktu.
- Dari rumor yang beredar, faktanya tidak ada koin Mt. Gox yang akan dirilis untuk kreditur dalam waktu dekat.
Efek pengembalian dana ini dikhawatirkan beberapa pihak akan bisa memicu potensi terjadinya ‘Black Swan.’
Black Swan adalah peristiwa di bidang keuangan yang tak terduga di pasar dan ini jarang terjadi namun bisa berdampak besar.
Harga bitcoin terus melesat sejak kejadian 2014 silam. Artinya aset kripto berpotensi disebar ke para pengguna yang bernilai sekitar 3 miliar dolar AS. Diperkirakan jika pembayaran ini terjadi, akan ada aksi jual besar-besaran setelah dananya masuk. Ini juga berpotensi munculnya ketakutan dan kebingungan di kalangan investor maupun trader aset kripto.
Tapi, perlu digarisbawahi ganti rugi juga menyiapkan pilihan uang tunai, dan ini tidak akan memengaruhi kondisi pasar aset kripto.
Kita tunggu saja bagaimana perkembangan kasus ini selanjutnya. Semoga ada kejelasan kapan akan dilakukan ganti rugi dan tidak memberikan dampak besar bagi pasar kripto.