Pernah dengar istilah tokenisasi? Yes, tokenisasi adalah istilah yang semakin populer belakangan, terutama di kalangan para pecinta kripto dan blockchain.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, ketika pemerintah Republik Afrika Tengah yang mengumumkan bahwa mereka akan melakukan tokenisasi terhadap sumber daya alamnya yang melimpah agar warga memiliki akses ekonomi lebih besar. Dengan begini, peluang mendatangkan investor asing pun lebih banyak.
Seperti apa sih tokenisasi ini? Bagaimana cara kerjanya, sehingga sumber daya alam pun bisa dilakukan tokenisasi?
Yuk, kita ikuti penjelasan lengkapnya sampai selesai.
Daftar Isi
Tokenisasi Adalah …
Mari kita gunakan analogi dulu agar lebih memudahkan penjelasan mengenai tokenisasi ini.
Let’s say kamu punya peternakan dan sebidang lahan yang luas. Nilainya, asumsikan saja, Rp1 miliar. Dalam peternakanmu, kamu punya area kandang ayam, kelinci, kuda, sapi, kambing, dan sebagainya. Agar lebih memaksimalkan penghasilan, kamu pun membagi peternakanmu menjadi dua. Yang satu bagian tetap kamu miliki sendiri, bagian yang lain kamu pecah menjadi 10.000 keping token, yang kemudian disimpan datanya dalam sistem blockchain. Dengan demikian, 1 keping token merepresentasikan Rp100.000 nilai peternakanmu.
Kamu bisa menjualnya kepada orang lain dalam jaringan blockchain, dan kemudian hasil dari setiap bagian dengan representasi yang sudah disepakati itu menjadi milik mereka.
Nah, dari analogi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa tokenisasi adalah proses untuk mengonversi aset fisik menjadi aset digital, yang kemudian dapat disimpan dan direkam dalam blockchain.
Tokenisasi adalah bukan hal yang baru, sebenarnya. Konsepnya mirip dengan sekuritisasi, yang kemudian “melahirkan” saham. Kalau saham kemudian diperdagangkan di bursa saham seperti Bursa Efek Indonesia, tokenisasi adalah sistem yang memungkinkan kita menjual token dalam jaringan blockchain.
Mari Berkenalan dengan Jenis-Jenis Token
Token adalah sebuah representasi dari suatu aset digital. Dari semua yang ada, kita bisa membaginya ke dalam 3 jenis.
1. Token mata uang (currency token)
Tokenisasi adalah sistem yang melahirkan aset digital yang disebut token. Jika yang ditokenisasi adalah mata uang, maka hasilnya adalah token mata uang. Misalnya, bitcoin.
Token mata uang dibangun dalam blockchain, bisa milik sendiri atau “numpang” di blockchain lain. Tujuan dibuat token mata uang ini adalah untuk diperdagangkan dan dipakai sebagai alat pembayaran, seperti halnya mata uang biasa atau mata uang fiat.
2. Token utilitas (utility token)
Tokenisasi adalah hal yang juga bisa dilakukan pada produk atau jasa tertentu, yang memungkinkan dana yang dikumpulkan untuk mendanai pengembang produk atau jasa tersebut.
Sebenarnya token utilitas ini tidak dibuat untuk tujuan investasi, tetapi nyatanya banyak yang membeli token jenis ini dan berharap nilainya bisa naik seiring produk atau jasanya bisa dikenal luas dan dimanfaatkan oleh banyak orang.
3. Token sekuritas (security token)
Token dari peternakan 1 miliar di atas adalah salah satu contoh token sekuritas. So, jenis token ini merepresentasikan bentuk investasi secara langsung. Ada peluang keuntungan yang diharapkan, dan keuntungan token tersebut akan bergantung sepenuhnya pada usaha dari si pembuatnya.
Cara Kerja Tokenisasi dalam Blockchain
Setiap transaksi jual beli token akan dicatat daam blockchain. Misalnya kita mengembangkan token tersebut dalam teknologi blockchain Ethereum, maka pencatatannya juga dilakukan di blockchain yang sama. Begitu dicatat, maka catatan itu tidak akan bisa dihapus. Tidak ada yang bisa mengubah ‘sejarah’ kepemilikanmu atas suatu token, bahkan jika misalnya kamu sudah menjualnya pada orang lain.
Seperti misalnya pada contoh tokenisasi peternakan di atas. Meski yang sebagian sudah kamu jual kepada orang lain dalam bentuk token digital, tetapi kamu sebagai pemiliknya akan tetap tercatat di blockchain yang berfungsi layaknya buku catatan superbesar.
Selain berfungsi sebagai catatan, jaringan blockchain juga memungkinkan proses tokenisasi bisa lebih murah biayanya. Pasalnya, semua proses tokenisasi adalah digital, sehingga kamu tak perlu membayar pihak-pihak yang seharusnya ada di tengah proses—misalnya untuk berbagai aktivitas administratif dan birokratif. Di blockchain, kamu hanya perlu membuat smart contract secara digital. A real shortcut.
Selain itu, tokenisasi adalah proses yang bisa berlangsung 24/7. Kamu bisa melakukannya dan memperjualbelikannya dari mana saja, kapan saja, kepada siapa saja, sehingga menjadi “komoditas” yang bisa sangat aktif transaksinya.
Dengan tokenisasi, kamu juga bisa membeli bagian terkecil dari yang paling kecil suatu objek digital. Contohnya begini. Kalau kamu membeli saham—di Indonesia terutama—maka ada minimal jumlah yang harus kamu beli, yakni 1 lot yang setara dengan 100 lembar saham. Investor tidak boleh membeli kurang dari 100 lembar saham.
Dengan tokenisasi, kamu bisa membeli seperempat dari lahan peternakan yang ditawarkan Rp100.000 itu. Cuma punya uang Rp25.000, dan mau beli peternakan? Bisa banget dengan adanya tokenisasi. Dengan begini, investor pun berpeluang untuk memperbanyak dan mendiversifikasi portofolio sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing.
Keunggulan Tokenisasi
Yes, selain beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, beberapa keuntungan lain dari tokenisasi adalah sebagai berikut.
1. Lebih likuid
Setelah dilakukan tokenisasi, aset bisa tersedia untuk lebih banyak orang. Dengan demikian, likuiditas pasar pun meningkat. Sesuatu yang membuat investasi tradisional lebih sulit atau lebih lama dijual—misalnya seperti barang-barang koleksi atau properti—menjadi lebih cepat dan lebih mudah dilakukan dengan tokenisasi.
Tokenisasi adalah proses yang memungkinkan sebuah aset dapat ditukar, ditransaksikan, atau diperjualbelikan dengan mudah, bebas, dan cepat di jaringan blockchain. Bahkan, memungkinkan investor memiliki fraksi terkecil yang disesuaikan dengan kemampuannya.
2. Lebih cepat dan mudah
Tokenisasi adalah proses yang juga memungkinkan bagi para investor dan pihak-pihak lain untuk “memotong jalan” prosedur dan birokrasi berbelit. Misalnya, seperti adanya perantara atau administrasi manusia, yang biasanya selalu ada dalam manajemen aset tradisional.
Dengan demikian, biaya operasional dan transaksi bisa ditekan, waktu pun bisa dipersingkat. Proses menjadi lebih efisien dan hemat.
3. Transparan
Tokenisasi adalah proses yang dilakukan dalam jaringan blockchain. Dengan segala catatan yang ada, siapa pun bisa melihat histori transaksi yang terjadi. Pencatatan ini dilakukan secara otomatis. Dengan demikian, keaslian riwayat transaksi bisa dilihat dan ditelusuri dengan jelas, dan tidak bisa dipalsukan.
Kelemahan Tokenisasi
Yah, namanya juga sesuatu yang dibuat oleh manusia, akan selalu ada kelemahannya.
Salah satu kelemahan terbesar tokenisasi adalah kesulitannya untuk diregulasi, lantaran melibatkan banyak hal dan pihak. Pasalnya, sedari awal memang blockchain, kripto, token, dan sebagainya ini diciptakan agar bisa terlepas dari otoritas tertentu. So, hal ini bisa dikatakan sebagai konsekuensinya.
Memang sih ada smart contract, tetapi rasanya masih belum bisa menggantikan fungsi yurisdiksi ataupun otoritas yang benar-benar legal dan jelas wewenangnya. Karena itu, tokenisasi masih perlu dikembangkan lagi, terutama dengan celah soal hukum yang melandasinya. Hukum ini penting ya, karena hukum ada adalah untuk melindungi berbagai pihak yang terlibat dalam suatu lingkungan atau sektor agar hak dan kewajiban masing-masing bisa terpenuhi dan terlaksana dengan baik.
Nah, itu dia penjelasan mengenai tokenisasi yang bisa kamu pelajari sekarang.
Ya kita mesti ingat, bahwa tokenisasi adalah proses yang masih akan berkembang ke depannya. Aset digital—diyakini—masih akan bertambah jenis dan bentuknya. Kita tunggu saja, sejauh mana perkembangan ini akan terjadi, sehingga bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya.