Ethereum menjadi mata uang kripto kedua berdasarkan kapitalisasi pasar yang beredar. Harganya meningkat 4 kali lipat di tahun 2021. Kini nilai totalnya mencapai USD 3,422 menurut data terakhir Koinpro, saat artikel ini ditulis. Semua tentu tak lepas dari peran sang founder, Vitalik Buterin.
Memang sih, kalau dihitung-hitung, sudah ada ribuan jenis uang kripto beredar di tahun 2021 ini saja. Tetapi, yang perkasa tetaplah bitcoin dan ethereum. Keduanya mampu mendominasi hampir dua pertiga pasar kripto global loh! Luar biasa kan?
So, jika kamu mengenal Satoshi Nakamoto yang misterius sebagai penemu bitcoin, maka kamu sebaiknya juga berkenalan lebih jauh dengan sang cofounder Ethereum.
Ya, mari kita berkenalan dengan kamerad Vitalik Buterin.
Daftar Isi
Kehidupan Pribadi Vitalik Buterin
Vitalik Buterin terlahir dengan nama Vitaly Dmitriyevich Buterin, dari ayah Dmitry Buterin, seorang ilmuwan komputer, dan ibu Natalia Ameline, di kota kecil yang (konon) indah bernama Kolomna di Rusia.
Sampai usia 6 tahun, Vitalik tinggal bersama keluarganya di kota tersebut, dan kemudian bermigrasi ke Kanada mengikuti sang ayah yang ingin menjajaki peluang karier yang baru.
Saat duduk di bangku kelas 3 SD di Kanada, Vitalik Buterin telah menunjukkan bahwa ia adalah anak yang istimewa. Karena itu, ia ditempatkan di kelas khusus untuk anak-anak berbakat, lantaran menunjukkan talenta luar biasa di bidang matematika, programming, dan ekonomi.
Vitalik sendiri mengaku, bahwa mulai mengenal coding di usianya yang ke-5 atau 6 tahun, dan mulai serius mendalaminya di usia 11 tahun. Ia punya sebuah komputer dengan OS Windows 95 yang dipakainya untuk belajar pemrograman, dengan menerapkan dan mempraktikkan hal-hal yang diketahuinya dari buku.
Setelah lulus elementary school, Buterin melanjutkan pendidikan ke Abelard School, sebuah sekolah lanjutan swasta di Toronto. Ia pun mulai mempelajari lebih jauh tentang Bitcoin dari ayahnya, di usianya yang ke-17.
Setelah lulus sekolah menengah, Buterin berhasil masuk ke University of Waterloo. Saat itulah, ia ikut kursus tingkat advanced dan berhasil menjadi research assistant untuk cryptografer Ian Goldberg. Ian Goldberg sendiri merupakan co-creator dari Off the Record Messaging, sekaligus mantan kepala direksi Tor Project, sebuah lembaga penelitian dan edukasi nonprofit.
Di tahun 2012, Buterin berhasil merebut medali perunggu dalam Olimpiade Internasional Informatika.
Cikal Bakal Ethereum
Di tahun 2013, Buterin mendatangi sejumlah developers di berbagai negara yang memiliki antusiasme yang sama dengannya dalam hal seputar coding. Saat ia kembali ke Toronto setahun kemudian, ia kemudian mempublikasikan white paper yang berisi proposal pendirian Ethereum.
Meskipun ide awal berasal dari Buterin, tetapi sebenarnya Ethereum tak didirikan oleh Vitalik Buterin seorang diri. Ada sederet nama lain yang ada di belakangnya.
Pada awalnya, Buterin bisa dibilang hanya ingin “memperbaiki” sistem Bitcoin. Menurutnya, Bitcoin dan teknologi blockchain seharusnya bisa memperoleh manfaat lebih banyak dari aplikasi lain, selain soal finansial. Buterin juga menyebutkan, bahwa Bitcoin membutuhkan bahasa yang lebih kuat untuk pengembangan aplikasi yang dapat mengarah pada pengikatan aset dunia nyata, seperti saham dan properti, ke blockchain.
Namun, usulannya ini kurang disetujui oleh pelaku sistem Bitcoin lainnya. Karena itu, ia pun lantas mengusulkan pengembangan platform baru dengan bahasa program yang lebih kuat, yaitu bahasa pemrograman lengkap Turing. Platform inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Ethereum.
Buterin akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah, ketika kemudian ia mendapatkan beasiswa sebesar USD 100,000 dari Thiel Fellowship untuk kemudian fokus mengembangkan project-nya ini.
Pengembangan Ethereum
Dalam proses pengembangannya, ada nama Gavin Wood, Charles Hoskinson, dan Anthony Di lorio ikut terlibat. Meski kemudian, Hoskinson akhirnya mengundurkan diri karena (disinyalir) tak setuju jika project ini dijadikan sebagai project nirlaba. Namun, tak seberapa lama, bergabung lagi sederet nama lain sebagai founders, yaitu Mihai Alisie, Amir Chetrit, Joseph Lubin, dan Jeffrey Wilcke.
Pengembangan software Ethereum dimulai secara resmi di awal tahun 2014, melalui perusahaan Ethereum Switzerland GmbH (EthSuisse). Saat itu juga didirikan yayasan nirlaba berbasis di Swiss, Ethereum Foundation (Stiftung Ethereum).
Proses pengembangan ini didanai secara crowdsale online yang melibatkan publik dari Juli hingga Agustus 2014. Orang-orang dapat membeli token Ethereum dengan mata uang digital lain. Yes, apa lagi kalau bukan bitcoin.
Di tahun 2015, dua tahun setelah mulai dicetuskan idenya, mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua ini secara resmi diluncurkan. Tak butuh waktu lama, di tahun 2018, Ethereum berhasil menjadi cryptocurrency kapitalisasi terbesar kedua setelah Bitcoin, dan predikat ini bertahan sampai sekarang, tahun 2021.
Kariernya di Samping Ethereum
Selain mendedikasikan waktunya untuk membangun sistem Ethereum, Buterin diketahui juga sebagai cofounder Bitcoin Magazine, bersama Mihai Alisie di tahun 2012 – 2013.
Vitalik Buterin juga sempat melamar posisi di Ripple, yang tentu saja bisa diduga, diterima. Namun sayangnya, Ripple gagal membuatkan visa bekerja bagi Buterin, sehingga kerja sama itu batal.
Selain sebagai cofounder dan leading writer di Bitcoin Magazine, Buterin juga sempat menjabat sebagai editorial board Ledger, sebuah jurnal publikasi untuk para penerima beasiswa, yang berisi berbagai artikel penelitian dengan spesialisasi subjek cryptocurrency dan teknologi blockchain, di tahun 2016.
Menjadi Miliarder di Usia Muda
Tahun ini, Vitalik Buterin termasuk dalam jajaran miliarder terkaya di dunia versi majalah Forbes. Bahkan menjadi yang termuda, lantaran saat ini, ia baru berusia 27 tahun.
Sebagai cofounder Ethereum, Buterin dikabarkan menyimpan sekitar 333.500 eter di public wallet miliknya. Kalau diperhitungkan dengan harga ethereum hari ini yang sebesar USD 3,422.8, maka itu berarti Buterin memiliki kekayaan setidaknya USD 1,1 miliar dalam bentuk Ethereum saja. Kalau dirupiahkan, berarti sekitar Rp15 triliun, dengan asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah Rp14.000-an.
Meski telah menjadi miliarder, Buterin tak lantas lupa berbagi. Diketahui pula, ia telah mendonasikan Shiba Inu dan Ether senilai USD 1 miliar untuk membantu mengatasi dampak COVID-19 di India di sekitar bulan Mei 2021. Ia juga diberitakan mendanai berbagai penelitian, di antaranya ke SENS Research Foundation dan juga Methuselah Foundation, yang kesemuanya ia berikan dalam bentuk mata uang kripto.
Setelah membaca kisah perjalanan Vitalik Buterin, kita jadi tahu, betapa berdedikasinya kamerad kita satu ini terhadap dunia cryptocurrency. Banyak hal bisa kita pelajari dari Vitalik Buterin, pastinya, ya kan?
Semoga kamu pun bisa mengikuti jejaknya dalam berbagai hal—terutama untuk berfokus apa yang menjadi keyakinanmu, meski banyak pihak yang meragukan. Semangat!