Harga Ethereum dan Faktor-Faktor Penyebab Naik Turun Nilainya

Harga ethereum sepat mencapai rekor tertinggi di awal Mei 2021. Jika dibandingkan secara YoY, harga ethereum telah meroket setidaknya sebesar 1.574,8%.

Penasaran enggak dengan harga ethereum saat pertama kali diluncurkan?

FYI, ethereum pertama kali ditransaksikan di bulan Agustus 2015, dengan harga USD 2,83, atau setara dengan Rp41.035 per koinnya. Dengan volume perdagangan USD 90.622, harga ethereum sempat anjlok tak lama setelah diluncurkan, hingga mencapai titik terendah di USD 0,43, atau sekitar Rp6.235.

So, kalau diperhitungkan, sampai dengan titik tertingginya di awal bulan Mei, ethereum telah meroket hingga 700 ribu kali lipat.

Daftar Isi

Faktor yang Memengaruhi Kenaikan Harga Ethereum

Tentu banyak hal yang memengaruhi harga ethereum sejak salah satu mata uang digital ini mulai diluncurkan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Munculnya berbagai ekosistem baru

Dari tahun 2015 hingga saat ini, ketika artikel ini ditulis, telah ditemukan banyak ekosistem baru di dunia kripto. Misalnya saja seperti berkembangkan ekosistem decentralized finance (DeFi), juga maraknya NFT, alias Non Fungible Token.

Saat ekosistem baru muncul dan kemudian berkembang, ethereum siap menyambut. Hal ini akan menyebabkan harganya juga terpengaruh; semakin meningkat.

2. Perkembangan blockchain ethereum 2.0

Harga ethereum, bitcoin, dan mata uang kripto lain juga terkerek lantaran adanya peningkatan jaringan blockchain ethereum 2.0, yang dikembangkan untuk menjadi solusi permasalahan yang terjadi dalam jaringan kripto.

Konon, jaringan ini nantinya akan dimanfaatkan oleh DeFi, yang market cap-nya saat ini telah mencapai USD 100 miliar.

Para developer DeFi tampaknya sangat siap dengan perkembangan jaringan Ethereum, yang diharapkan mampu meng-upgrade Ethereum ke level 2.0, karena lebih cepat dan lebih murah.

Ethereum sendiri telah mulai mengerapkan fitur sharding, yang dapat memperluas kapasitas Ethereum dalam proses transaksi antimacet dalam blockchain-nya.

Baca juga:  Celsius Network: Biang Kerok Jatuhnya Cryptocurrency (?)

3. Antusiasme pelelangan NFT

Kenaikan harga ethereum juga dipicu oleh antusiasme para pekerja seni yang mulai marak melelang NFT mereka. Pasalnya, ethereum merupakan wadah bagi DeFi dan NFT, yang dua-duanya sangat populer belakangan.

Karena itu, harga ethereum pun ikut terkerek naik.

Mengenal Ethereum, Koin dengan Market Cap Terbesar Kedua

Ethereum dikembangkan oleh Vitalik Buterin, bersama Mihai Alisie, Anthony Di Iorio, Charles Joskinson, Amir Chteir, Jeffrey Wilke, Joseph Lubin, dan Gavin Wood.

Ethereum sebenarnya merupakan jaringan blockchain terbuka untuk aplikasi desentralisasi yang bersifat global. Seluruh datanya dapat diakses oleh publik, sehingga diharapkan oleh banyak orang dapat menciptakan dunia digital dengan sistem terdesentralisasi. Inilah yang membedakannya dengan Bitcoin, yang sejak awa sudah di-setup untuk menjadi mata uang.

Ethereum memungkinkan para developernya untuk menciptakan berbagai aplikasi atau program yang terdesentralisasi dengan nilai tinggi, misalnya seperti token, NFT, aplikasi DeFi, dan lain sebagainya.

Menurut sebuah penelitian tentang cryptocurrency, sejak bulan Oktober 2019 pasar mata uang kripto dikuasai oleh bitcoin dan ethereum karena dinilai paling  menonjol dari cryptocurrency lainnya di dunia.

Ethereum diketahui berhasil mendominasi 65% pasar cryptocurrency setelah bitcoin. Hal inilah yang membuat ethereum dinobatkan menjadi cryptocurrency terbesar kedua setelah bitcoin. Harga ethereum pun hampir setara dengan nilai pasar bitcoin.

Bitcoin sendiri sudah pasti menjadi bintang utama dalam dunia cryptocurrency, apalagi ketika nilainya mencapai angka yang sangat fantastis karena naik ratusan persen. Meskipun per bulan Mei 2021, bitcoin dikabarkan mengalami keanjlokan yang cukup parah dari nilai sebelumnya.

Melihat popularitas dan nilai bitcoin saat ini, nampaknya ethereum memang layak disebut sebagai ‘pesaing terkuat’ dari bitcoin.

Harga Ethereum dan Mata Uang Kripto Anjlok

Sayangnya, di pertengahan Mei, harga ethereum, bitcoin, dan beberapa aset kripto lainnya anjlok.

Baca juga:  Berkenalan dengan Bitcoin Cash: Apa Bedanya dengan Bitcoin?

Setelah melihat harga bitcoin dan ethereum yang sama-sama anjlok saat ini, nampaknya persaingan antara keduanya memiliki fungsi serupa dan saling berhubungan.

Ethereum anjlok 10.95%, mengikuti jejak bitcoin yang lebih dulu terjun sebesar 10.97%. Dengan demikian, kapitalisasi pasar ethereum tinggal USD 435 miliar.

Anjloknya harga ini juga dialami oleh altcoin lainnya. Dogecoin, contohnya, nilainya turun sebesar 14.72%.

Apa yang menyebabkan nilai ethereum terjun bebas ini?

1. Pemindahan aset

Buterin, si miliarder kripto termuda itu, tiba-tiba saja memindahkan aset kriptonya yang senilai lebih dari USD 2 miliar. Bukan karena apa-apa sih sebenarnya. Si pendiri Ethereum ini menyumbangkan aset setara USD1 miliar demi memerangi wabah COVID-19 yang meluluhlantakkan India, dan juga ke berbagai badan amal lainnya.

Selain beramal, Buterin juga diketahui memindahkan token ethereum dari alamat publik utama ke dompet terpisah senilai USD 1.3 miliar.

Untuk apa? Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

2. Isu lingkungan

Di sisi lain, Elon Musk—yang dijuluki sebagai Bapak Pompom Kripto—juga telah memgumumkan, bahwa Tesla tak lagi menerima bitcoin sebagai alat transaksinya.

Menurut bokapnya X Æ A-Xii itu, kripto bisa jadi adalah harapan masa depan yang menjanjikan bagi umat manusia, tetapi kurang baik bagi lingkungan. Hal ini diduga terkait dengan cara penambangan mata uang digital yang mengonsumsi listrik dengan begitu besar.

Tak ayal, bitcoin yang naik hingga lebih dari USD 60 ribu di awal tahun langsung runtuh ke kisaran USD 30 ribu hanya dalam hitungan hari.

Meski demikian, Musk mengaku, bahwa tak tertutup kemungkinan Tesla akan kembali membuka transaksi dengan bitcoin, atau altcoin lainnya, jika nanti isu lingkungan yang timbul sudah teratasi dengan baik.

Baca juga:  The Merge Ethereum 2.0: Akhir Riwayat Miner?

3. Pelarangan pembayaran dengan kripto oleh pemerintah Tiongkok

Sebenarnya, masalah mata uang kripto yang kena banned di sejumlah negara sudah bukann berita baru lagi. Namun, karena kali ini dilakukan oleh Tiongkok, negara yang tadinya sangat mendukung perkembangan teknologi cryptocurrency, tak pelak juga membuat kapitalisasi pasar kripto terempas.

Diketahui pemerintah Tiongkok memberlakukan pelarangan bagi lembaga keuangan dan pembayaran dalam negeri mereka untuk menerima berbagai bentuk mata uang kripto. Mereka juga memberi peringatan terhadap investor akan bahayanya spekulasi yang terjadi dalam perdagangan cryptocurrency.

Dari Reuter sendiri didapatkan berita, bahwa peringatan tersebut merupakan upaya terbaru pemerintah Tiongkok demi menekan perdagangan digital yang berkembang begitu pesat. Dengan adanya peraturan larangan ini, maka lembaga keuangan mana pun tidak diperkenankan menawarkan transaksi mata uang kripto, termasuk bitcoin dan ethereum, pada nasabahnya.

Meski demikian, pemerintah Tiongkok tidak melarang individu untuk memiliki mata uang digital ini.

Kesimpulan

Nah, itu dia gonjang-ganjing yang sempat terekam yang melibatkan mata uang digital belakangan ini, yang mengakibatkan harga ethereum dan bitcoin naik turun baik roller coaster.

Lantas, akankah harga ethereum mengalahkan harga bitcoin?

Berdasarkan sebuah penelitian hasil pengolahan data menggunakan metode Autoregressive Distributed Lag (ARDL) pada tahun 2016-2018. Hasil uji ARDL menunjukan bahwa nilai tukar EUR/USD memberikan pengaruh signifikan secara positif terhadap ethereum.

Selain itu, dapat diidentifikasi bahwa kenaikan harga cryptocurrency disebabkan oleh aktivitas dari pasar cryptocurrency itu sendiri. Artinya, mungkin saja jika ethereum akan mengalahkan harga bitcoin, persis seperti yang diprediksi oleh seorang Miliuner cryptocurrency, Mike Novogratz,  ethereum akan menjadi masa depan uang kripto.

Gimana menurutmu, ProMates? Di saat-saat seperti ini, akankan kamu tetap hodl ataukah lebih baik melepas aset digitalmu ini?